Apakah Anda tipe audience yang mengunjungi sebuah website, kemudian meninggalkanya begitu saja? Padahal niat awal Anda datang ke link tersebut, adalah mencari informasi suatu produk dan melakukan pembelian. Tapi setelah terdistraksi, kenapa bisa Anda tidak kembali?

Hal ini umum terjadi di segala website. Karena pada kenyataannya, tidak semua leads bisa dikonversi sebagai penjualan. Tapi apakah Anda sebagai owner bisnis, akan membiarkan hal itu terjadi?

Menurut temuan Fishman di tahun 2020, sebanyak 92% pengunjung, tidak pernah menyelesaikan apapun ketika pertama kali mengunjungi sebuah laman komersial. Padahal mereka memiliki ketertarikan pada apa yang mereka lihat disana.

Beberapa usaha bahkan mengalami penurunan penjualan karena membiarkan leads-nya pergi begitu saja. Maka cara yang tepat adalah menciptakan pendekatan untuk memaksimalkan setiap leads yang datang.

Leads, harusnya bisa dikonversi semaksimal mungkin oleh setiap pemasar. Pertanyaannya, bagaimana cara agar Anda berhasil mengkonversi banyak leads? Anda bisa melakukannya, jika Anda menjalankan strategi Remarketing

Remarketing adalah strategi pemasaran yang tujuannya mengembalikan awareness sebuah brand. Strategi ini mengacu pada bagaimana bisnis mampu menghandle audience yang kehilangan fokus setelah berinteraksi dengan brand. Tujuannya, mereka akan dirayu dan diarahkan kembali pada pembelian produk.

Tapi apakah Remarketing masih relevan untuk saat ini? Efektifkah penggunaan push notif untuk menggerakkan audience yang tidak bertransaksi? Top Coach Indonesia akan bahas lebih lanjut di artikel ini, yuk simak! 

Pengertian Remarketing 

Meskipun Anda tidak mengetahui definisi “Remarketing”, Anda mungkin sudah familiar dengan praktik konsep tersebut. Remarketing mengacu pada rayuan sebuah brand, untuk memastikan audience(target market) tetap melakukan pembelian produk. 

Strategi pemasaran ini akan berusaha menghubungi mereka saat berada dalam jangkauan website, e-commerce, sosial media dan platform lainnya. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menggunakan alamat email yang dicantumkan pelanggan pada akun.

Untuk menjaga peluang konversi, biasanya, brand akan mengirim push email marketing kepada audience yang sebelumnya telah berinteraksi. Harapanya, setelah membuka email, sang target market ini akan mengingat ‘barang di keranjang’ dan melakukan pembayaran.

Selain itu, Remarketing bisa juga menyasar akun sosial media secara langsung. Caranya adalah dengan memunculkan item yang telah masuk keranjang, ke beranda media sosial milik targetnya. 

Yang lebih ekstrim, Anda sebagai pemilik brand dapat melakukan Remarketing dengan media WhatsApp. Penggunaan platform ini akan lebih to the point, tapi jika Anda paham cara persuasinya, peluang ini lebih besar daripada strategi marketing lainnya.

Kenapa semua itu dilakukan? Hal itu dilakukan karena Remarketing merupakan peluang kedua untuk mengkonversi dan meningkatkan penjualan. Selain itu, strategi ini juga efektif dalam mempertahankan pelanggan dengan pendekatan online. 

Tak hanya melalui email dan sosial media, Anda juga dapat melakukan Remarketing menggunakan layanan lain seperti Google Ads, Facebook Ads, maupun iklan dalam platform lainya.  

Dengan paparan strategi pemasaran Remarketing, diharapkan audience akan melakukan konversi. Tapi jika tidak terjadi konversi sama sekali, pihak brand tetap untung karena mendapat kenaikan awareness dari target. 

Mengutip penuturan Cyber Click, tahapan dari Remarketing dapat dijelaskan dengan singkat dalam tiga fase:

  1. Fase pertama, Target akan mengonsumsi kontenmu lewat website, sosial media atau platform distribusi lainya.
  2. Fase kedua, Target akan ditandai dan masuk dalam list Remarketing buatan Anda.
  3. Fase ketiga, Anda sebagai pemilik brand bebas melakukan Remarketing kapan saja pada mereka yang telah masuk dalam list.

Lalu apakah strategi punya hubungan dengan Retargeting? Apa yang membedakan keduanya?

Perbedaan Antara Remarketing dan Retargeting

Apakah Anda mengira bahwa keduanya merupakan istilah yang sama? Kenyataannya, keduanya adalah dua kata yang sering digunakan bergantian, tapi memiliki perbedaan penting. Apa itu?

Dalam hal Remarketing dan Retargeting, perbedaan utamanya terletak pada hal teknis di ranah strategi.

Retargeting atau penargetan ulang adalah cara menayangkan iklan kepada calon pelanggan berdasarkan ‘cookie’, sedangkan Remarketing atau pemasaran ulang, biasanya didasarkan pada ‘email’. Remarketing akan bekerja dengan mengumpulkan informasi pengguna dan membuat daftar, yang nantinya digunakan untuk mengirim email marketing.

Sekali lagi, keduanya memang strategi yang mirip. Tapi untuk lebih detail, inilah perbedaan keduanya.

  1. Mereka menggunakan saluran komunikasi yang berbeda.

Perbedaan besar pertama terletak pada saluran komunikasi. Retargeting biasanya menggunakan penempatan iklan online di situs pihak ketiga. Sedangkan Remarketing akan menggunakan saluran komunikasi langsung seperti email, wa atau push notif untuk merayu.

  1. Mereka menggunakan jenis data yang berbeda.

Meskipun Remarketing dan Retargeting menggunakan data untuk personalisasi, keduanya menggunakan jenis data yang berbeda. 

Remarketing akan mengolah data eksplisit lewat alamat email atau nama pengguna, yang dihasilkan dari upaya pemasaran perusahaan atau pemberian langsung pelanggan. Sebaliknya, Retargeting membutuhkan data yang berasal dari ‘tag’ dan ‘cookie’ milik situs website, untuk dapat menampilkan iklan kepada pengguna saat mereka menjelajahi internet. 

  1. Mereka hanya memiliki tingkat personalisasi yang serupa.

Remarketing walaupun terkesan lebih personal, tapi tidak bisa dijangkau jika target tidak meninggalkan satu identitas pun. Di kondisi tersebut, Retargeting dapat memberikan solusi. Karena kemampuanya mampu memunculkan kesempatan untuk terhubung dengan target lewat personalisasi iklan web. Di lapangan, perbedaan dari keduanya saling melengkapi.

Sebenarnya, baik Remarketing atau Retargeting, merupakan metode yang efektif. Namun, jika Anda mengkombinasikan keduanya, mungkin itu jadi strategi paling baik untuk meningkatkan aktivitas pemasaran digital Anda.

Keunggulan dan Kekurangan Remarketing

Sama seperti strategi pemasaran lainnya, Remarketing ternyata memiliki 2 sisi. Sisi keunggulan dan sisi kekurangan.

Lalu apa sisi unggul milik strategi ini?

Sisi Keunggulan Remarketing.

  1. Menjadikan brand Anda sebagai Top Of Mind di audience yang berminat.

Dengan Remarketing, brand akan merayu audience kembali untuk menyelesaikan transaksinya. Cara merayu mereka biasanya menggunakan email marketing yang tertuju langsung dan dikirimkan berulang.

Pemberian informasi secara berulang ini akan menciptakan efek psikologi yang diberi nama Mere Exposure Effect. Efek ini akan menciptakan familiaritas dan kesukaan audience pada informasi produk brand yang diiklankan. 

Ketika audience mulai suka terhadap iklan Anda, alam bawah sadarnya akan memunculkan hubungan antara produk dan brand yang Anda miliki. Dan terciptalah Top Of Mind, di benak mereka yang terpapar strategi Remarketing Anda.

 

  1. Berpotensi besar dalam menambah nilai konversi.

Dalam Remarketing, pihak marketer biasanya akan mempersonalisasikan konten dengan menjawab kebutuhan dan minat audience. Kadang hal itu ditambah lagi dengan penawaran kode voucher khusus dan produk yang eksklusif. Untuk apa semua ini dilakukan?

Strategi ini dimaksudkan untuk menciptakan rasa FoMo pada audience. Dengan dorongan rasa FoMo tersebut, akhirnya calon pelanggan sebagai audience iklan akan kembali ke website untuk menyelesaikan transaksi yang belum sempat terselesaikan.

Keberhasilan pembayaran audience akan membuat brand meningkatkan angka konversi. Inilah salahsatu tujuan strategi Remarketing.

  1. Mampu menjangkau pelanggan dan mendatangkan leads yang lebih relevan. 

Menurut Anda, apa yang mendasari sebuah iklan ditujukan langsung pada audience? Ya, kesempatan.

Sekali-lagi, Remarketing memberikan Anda kesempatan kedua untuk menjangkau audience yang telah berinteraksi dengan brand, tapi belum sempat melakukan transaksi.

Menurut Larry Kim di HubSpot, dengan Remarketing, Anda dapat menjangkau 84% orang yang ditandai sebagai target. Selain itu, strategi ini dapat dijalankan dengan durasi pengulangan 10-18 kali per bulan.

Dengan begitu, Remarketing jadi cara terbaik untuk berhubungan kembali dengan audience yang telah menyatakan minatnya pada perusahaan, produk, atau layanan brand Anda.

  1. Membentuk loyalitas dan kepercayaan pelanggan dengan presisten.

Loyalitas dan kepercayaan pelanggan adalah nilai yang harus dibangun semua jenis usaha. Dan salahsatu cara mewujudkannya adalah lewat Remarketing.

Dengan Remarketing, brand Anda akan menjangkau audience dan mulai berinteraksi dengan mereka. Dari situlah akan tercipta keakraban dan rasa saling percaya antara brand dengan calon pelanggan.

Ketika pelanggan merasa bahwa mereka diperhatikan dan kebutuhannya diakomodir, mereka akan mempercayai brand tersebut. Sehingga, peluang untuk mereka melakukan pembelian ulang akan sangat besar. Dan kepuasan itu akan mendorong pelanggan, merekomendasikan bisnis yang mereka percaya pada audience lain.

Singkatnya, membangun loyalitas dan kepercayaan pelanggan adalah manfaat utama dari sebuah strategi Remarketing. Dengan menciptakan pengalaman yang lebih personal dan menarik, bisnis Anda mampu membangun hubungan yang lebih intim dengan pelanggan. Dari sana lah, akan tercipta manfaat jangka panjang bagi bisnis yang Anda miliki.

  1. Memahami kekhawatiran dan keberatan pelanggan.

Pernahkah Anda pernah mencari tau, apa penyebab para pelanggan tidak jadi bertransaksi dengan brand Anda? Jika Anda hanya berdiam saja tanpa menanggapi fenomena ini, brand Anda tidak belajar apa-apa.

Pelanggan, pasti memiliki sebuah alasan dibalik gagalnya transaksi. Hal ini harus segera diinvestigasi dan ditemukan faktanya. Tapi untunglah, Remarketing mampu mengatasi permasalahan dan menjadi solusi.

Dengan Remarketing, Anda dapat mencari tau kekhawatiran dan keberatan pelanggan.

Misalnya, jika pelanggan meninggalkan keranjangnya karena biaya pengiriman, atau karena kualitas produk yang tidak sesuai dengan kemauan mereka. Bisa juga karena alasan yang lebih personal seperti warna barang.

Untuk itu, selain jadi alat merayu, Remarketing dapat dikirim sebagai upaya mengatasi masalah pelanggan dengan mengirim tambahan informasi yang dibutuhkan.

Lalu, Bagaimana Kekurangan Remarketing?

  1. Membutuhkan identitas pelanggan.

Walaupun menghasilkan banyak kemudahan, kegiatan Remarketing nyatanya membutuhkan satu syarat penting. Yaitu identitas pelanggan.

Berbeda dengan Retargeting yang memanfaatkan ‘cookie’ website, strategi pemasaran Remarketing membutuhkan identitas pelanggan yang ditinggalkan agar bisa dihubungi marketer.

Jika tidak memiliki identitas pelanggan, kegiatan Remarketing tidak bisa dilakukan. Ketika Remarketing tidak dilakukan, sebuah brand dapat dengan mudah kehilangan calon pelanggan potensialnya.

  1. Hanya mampu menarget orang tertentu.

Secara spesifik, Remarketing hanya mampu ditujukan pada audience yang sempat berinteraksi dengan brand. Cara ini tidak bisa dilakukan pada yang belum sempat terhubung dengan brand.

Artinya, strategi pemasaran ini merupakan strategi yang terbatas dan tidak fleksibel.

  1. Dapat dianggap spamming.

Biasanya, Remarketing akan menarget audience secara berulang. Ini adalah hal yang cukup berbahaya karena saat ini, para pengguna internet lebih sensitif terhadap iklan.

Iklan berulang yang membosankan, berpotensi dilaporkan sebagai spam. Maka dari itu, membutuhkan kelegaan hati dari para pebisnis untuk menyesuaikan jumlah pengulangan iklan pada masing-masing target dalam list tujuan Remarketing.

Terus, Gimana Sih Cara Melakukan Remarketing dan Retargeting Yang Baik?

Antara Remarketing dan Retargeting, tidak ada yang lebih baik. Mereka akan lebih maksimal jika dijalankan dengan bergantian.

Lalu, adakah cara yang bisa digunakan agar keduanya jadi pemasaran yang efektif? Ada. Simak tips yang kami berikan di bawah ini.

Tips Remarketing

– Batasi jam tayang iklan

Untuk hal Remarketing, pengulangan iklan harus dibatasi. Kenapa? Seperti yang berulang kali Anda baca, pengguna internet jaman sekarang lebih sensitif terhadap iklan.

Jika merasa iklan itu ‘membuntuti’ mereka, mereka tidak akan ragu untuk melakukan blokir pada iklan. Maka dari itu, daripada iklan yang Anda buat sia-sia, lebih baik diberi batasan.

– Kelompokkan mereka yang minatnya sama

Untuk lebih efisien, Anda sebagai marketer dapat menyortir list target menjadi bagian-bagian kecil yang sejenis.

Misal penyuka promo akan dikelompokkan dengan penyuka promo, target FoMo, akan dikelompokkan pada mereka yang FoMo. Begitu seterusnya.  Hal ini akan lebih efisien, sebagai saluran pemasaran Remarketing.

– Rajin menganalisa 

Bisnis selalu terhubung dengan pengolahan data. Maka jangan lupakan analisis pada strategi pemasaran yang sedang dijalankan. 

Analisis Remarketing akan mengukur seberapa efektif strategi ini dan seberapa jauh brand mampu mengubah pengalaman para pelanggan menjadi transaksi. 

Lalu, metode apa yang cocok digunakan untuk analisis? Anda bisa menggunakan tools seperti CRM atau Google Analytic.

Tips Retargeting

– Jangan takut eksplorasi iklan

Kunci dari keberhasilan strategi ini adalah jangan takut mencoba. Untuk mendapatkan hasil yang dimau, Marketer harus berani untuk mengeksplorasi metode beriklan. Misal dilakukan dengan waktu 3 hari, apakah hasilnya sesuai? Jika belum, tambah lagi durasi waktu dari iklan tersebut.

– Targetkan iklan pada pelanggan yang tepat

Agar iklan tepat pada pelanggan yang ditargetkan, Anda sebagai marketer harus mempersiapkan setiap detailnya. Sebagai pertimbangan, Anda bisa menyiapkan cart, statistik pengunjung maupun formulir target iklan.

– Perbarui iklan secara berkala

Untuk menghindari kebosanan target audience, Anda sebagai marketer dihimbau untuk mengupdate iklan secara berkala.

Tapi jangan lupakan bahwa iklan yang Anda buat harus persuasif, agar target tertarik untuk memahami produk yang diiklankan.

Apa Momentum Yang Tepat Untuk Melakukan Keduanya Dalam Bisnis Anda?

Tak ada aturan pasti tentang waktu yang paling tepat untuk brand Anda mulai melakukan strategi pemasaran Remarketing dan Retargeting. Strategi ini cocok dijalankan, jika sesuai dengan kriteria dan rencana masing-masing.

Tapi mungkin, tabel di bawah ini dapat membantu Anda dalam memahami keduanya.

Pilih Remarketing Jika :Pilih Retargeting Jika :
Ingin mempertahankan pelanggan yang identitasnya sudah dimiliki.Ingin mendapatkan banyak pelanggan baru tanpa memiliki identitas yang bisa diakses.
Hanya memiliki budget yang minimal untuk melakuhkan iklan.Memiliki konversi website yang rendah tetapi traffic websitenya tinggi.
Sudah memiliki semua identitas target yang menjanjikan. Tidak memiliki data apapun untuk dilakuhkan pemasaran.

 

Contoh Brand Yang Mengaplikasikan Strategi Remarketing

Saat ini, kita memang sulit dipisahkan dari penargetan promosi sebuah brand. Apalagi Remarketing, yang sering menyasar email pengguna.

Contoh email remarketing

(contoh email Remarketing/dokumen pribadi)

Contohnya ada pada 2 brand di atas. Yang kiri, adalah program Remarketing dari kompas.com dan yang kanan adalah Remarketing dari portal streaming musik ternama. Keduanya bertujuan sama, yaitu merayu saya sebagai pelanggan untuk dapat melakukan transaksi dengan kedua platform tersebut.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Remarketing dan Retargeting merupakan strategi pemasaran yang berbeda, tapi akan lebih efektif jika dijalankan bergantian.

Dengan mengaplikasikan Remarketing, Anda sebagai pemilik brand dapat memaksimalkan konversi dari setiap calon pelanggan.

Selain itu, Remarketing juga mampu menjadikan brand kita jadi Top Of Mind di benak pelanggan.

Remarketing memanglah strategi pemasaran yang dapat diandalkan.

Anda bagaimana? Apakah butuh sosok yang bisa diandalkan? Kalau iya, silahkan Anda berkenalan dengan kami.

Karena kami, Top Coach Indonesia, adalah Coaching Manajemen yang bisa diandalkan! Apalagi untuk sistemasi bisnis!

Saya Tom Mc Ifle,

Salam Pencerahan.

Published On: July 26th, 2024 / Categories: Blog /